Hubungan Religiusitas Dengan Perilaku Sosial
Religiusitas
Religiusitas atau religiositas adalah pengabdian terhadap
agama, kesalehan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 944). Pada umumnya
istilah religi mengandung arti kecenderungan batin (rohani) manusia untuk
berhubungan dengan kekuatan dalam alam semesta, dalam mencari nilai dan makna
dari sesuatu yang berbeda sama sekali dari apa yang dikenal dan dialami
manusia. Kekuatan itu dianggap suci dan dikagumi karena luar biasa. Manusia
percaya bahwa yang kudus itu ada dan di luar kemampuan dan kekuasaannya. Oleh karenanya
manusia berusaha menghormatiNya, meminta perlindungan kepadaNya dan menjaga
keseimbangan dengan berbagai cara atau ritualisasi.
Religiusitas menurut penulis adalah sikap patuh maupun
tunduk terhadap agama melalui dimensi ritualistik dalam agama. Keagamaan
menurut G.W Allport adalah perasaan agama yang matang (matur) dalam pribadi
seseorang adalah sebagai suatu sifat yang menanggapi dengan senang dan dengan
cara yang sudah menjadi kebiasaan suatu objek dan prinsip-prinsip konseptual
yang dipandang seseorang sebagai yang sangat penting dalam kehidupannya yang
berkaitan dengan apa yang dipandang sebagai yang tetap dan sentral dalam segala
sesuatu hari-hari khususnya lingkungan sosial masyarakat.
Seorang ahli fisika yang termasyhur yaitu Albert Eintein (Muhammad
Fauzi 2007: 7) memberi pandangan mengenai agama dengan
teori relativitasnya yaitu :
Bahwa agama muncul sebagai akibat dari perasaan misterius
yang mendasar terdiri dari seni dan ilmu,dan tidak dapat dijelajahi,secara
menyeluruh sehingga menimbulkan kepatuhan karena Tuhan dipandang sebagai
sesuatu yang misterius,maka tidak dapat dipraktikkan mengenai tindakannya,dan
oleh karena itulah pengetahuan manusia pada akhirnya memiliki
keterbatasan.Dengan kata lain bahwa agama dipandang sebagai suatu norma yang
mengatur kehidupan manusia yang diyakininya,dan dengan berdasarkan kepada
keyakinan itu,manusia melakukan bentuk pengabdian dalam bentuk perilaku agama
yang diyakini.
Remaja
Remaja adalah etape usia mulai dewasa, sampai umur kawin
(Depdiknas, 2005 : 704). Sedangkan menurut Zakiah Daradjat remaja adalah masa
peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanakkanak
menuju dewasa atau masa perpanjangan kanak-kanak sebelum
mencapai masa dewasa (Daradjat, 1970 :60). Remaja adalah tahap umur yang datang
setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat (http://netsains.com/2012).
Adapun indikator dari religiusitas remaja :
Melaksanakan sholat lima waktu
Melaksanakan wiridan setelah sholat
Melaksanakan sholat sunah sebelum ataupun sesudah sholat
fardhu
Melaksanakan sholat dhuha dan sholat tahajud
Menjalankan puasa sunnah
Menjalankan puasa Ramadhan
Membaca ayat suci Al-qur’an
Memakai kerudung/ jilbab bagi remaja perempuan dan
mengenakan peci bagi laki-laki.
Berdoa setiap melakukan sesuatu.
Berkata sopan, baik, jujur, ramah.
Perilaku
Perilaku adalah tindakan, perbuatan/reaksi individu yang
terwujud dalam gerakan (sikap) tingkah laku atau ucapan yang timbul dari hasil
perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang
menyatu membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan
hidup keseharian (Zakiah Daradjat,1995 : 10). Sedangkan menurut Hasan
Langgulung, tingkah laku adalah segala aktifitas seseorang yang diamati. Sosial
adalah suatu upaya untuk menghargai harkat manusia. Jadi perilaku sosial adalah
tindakan, perbuatan dan tingkah laku individu yang terwujud dalam gerakan atau
sikap yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,pikiran untuk
menghargai harkat manusia.
Masyarakat
Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang
terbentuk berdasarkan tatanan sosial tertentu (Jalaluddin,1996: 230). Prof. M.M
Djojodiguno tentang masyarakat adalah suatu kebulatan daripada segala
perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia. Jelasnya :
Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan,
norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungan (http://netsains.com/2012).
Ciri-ciri masyarakat industri yaitu :
Secara Umum
1) Meluasnya produksi massa barang-barang industri dengan
menggunakan mesin, yang terpusat di kota-kota besar
2) Migrasi massal dari pedesaan ke kota-kota (urbanisasi)
3) Peralihan dari pekerjaan sektor pertanian kepada
pekerjaan di sektor pabrik.
4) Jumlah penduduk kota yang melek huruf seiring kebutuhan
bidang pekerjaan yang lebih komplek
5) Munculnya surat kabar untuk kaum urban sebagai sarana
untuk mengiklankan produk-produk baru industri. Media massa mempunyai peranan
penting dalam masyarakat industri.
6) Penemuan teknologi baru seperti film, radio, dan televisi
sebagai hiburan kaum urban.
Secara Khusus
1) Pertama
Mereka dalam menyambung kehidupan tidak melewati lahan
pertanian seperti masyarakat agraris atau mengandalkan hasil peternakan.
Ketergantungan masyarakat industri terhadap pabrik, sama halnya bergantung
dengan penguasa pabrik, tidak jarang dijumpai penguasa pabrik bersikap tidak
etis atau tidak manusiawi terhadap pekerja diantaranya melarang beribadah,
membuka aurat, memaksa ikut upacara agamanya, bila tidak bersedia akan
dikeluarkan. Mereka yang tidak tahan menghadapi kesulitan hidup mudah
melepaskan kepercayaan agamanya.
2) Kedua
Potensi-potensi kehidupan terdapat pada sarana-sarana yang
dapat menunjang perkembangan pabrik diantaranya ialah ilmu pengetahuan yang
berhubungan dengan gedung misalnya pengetahuan arsitek atau sipil, yang
berhubungan dengan pengaturan personalnya terdapat pada pengetahuan personalia
atau manajemen untuk pengembangan produksi terdapat pada
manajemen pemasaran, akuntansi untuk kegiatan administrasinya dan masih banyak
lagi pengetahuan untuk bekal hidup pada Masyarakat Industri. Pengetahuan yang
tidak berhubungan langsung untuk menunjang produksi kurang mendapatkan
perhatian, misalkan pengetahuan keguruan, lebih dijauhkan lagi apabila
bidangnya tidak berhubungan dengan produksi, misalkan bidang keagamaan,
sejarah, bahasa, atau filsafat. Secara alamiah akan terjadi klas ilmu
pengetahuan, pengetahuan teknik perusahaan lebih dominan daripada pengetahuan
sosial. Akibatnya mereka akan cepat mendapatkan kemajuan material akan tetapi
sangat ketinggalan terhadap permasalahan nilai-nilai kemanusiaan, kehidupan dan
ketuhanan.
3) Ketiga
Kecintaan masyarakat industri terhadap kebahagiaan material
sangat besar dibandingkan dengan kebahagiaan immaterial, sebagaimana
kebahagiaan masyarakat agraris, yang lebih menekankan pada kerukunan, kasih
sayang dan saling menghormati. Hal itu dapat dimaklumi karena bentuk-bentuk
kebahagiaan material pada masyarakat industri kuantitas dan kualitasnya sangat
banyak, variatif dan selalu mengalami perubahan, berkat dukungan kemajuan
pengetahuan teknologi.
Mereka lebih baik mengorbankan kebahagiaan immaterial yang
ruang lingkupnya lebih kecil, demi kebahagiaan material. Sehingga masyarakat
industri banyak mengalami gangguan psikis, rasa ketegangan, persaingan,
ketakutan terhadap ketertinggalan dan konflik, perjudian, wanita dan minuman
keras sering dijadikan tempat hiburan untuk menghilangkan ketegangan.