Jumat, 17 Juni 2016

Hubungan Religiusitas Dengan Perilaku Sosial


Religiusitas

    Religiusitas atau religiositas adalah pengabdian terhadap agama, kesalehan (Departemen Pendidikan Nasional, 2007: 944). Pada umumnya istilah religi mengandung arti kecenderungan batin (rohani) manusia untuk berhubungan dengan kekuatan dalam alam semesta, dalam mencari nilai dan makna dari sesuatu yang berbeda sama sekali dari apa yang dikenal dan dialami manusia. Kekuatan itu dianggap suci dan dikagumi karena luar biasa. Manusia percaya bahwa yang kudus itu ada dan di luar kemampuan dan kekuasaannya. Oleh karenanya manusia berusaha menghormatiNya, meminta perlindungan kepadaNya dan menjaga keseimbangan dengan berbagai cara atau ritualisasi.
   Religiusitas menurut penulis adalah sikap patuh maupun tunduk terhadap agama melalui dimensi ritualistik dalam agama. Keagamaan menurut G.W Allport adalah perasaan agama yang matang (matur) dalam pribadi seseorang adalah sebagai suatu sifat yang menanggapi dengan senang dan dengan cara yang sudah menjadi kebiasaan suatu objek dan prinsip-prinsip konseptual yang dipandang seseorang sebagai yang sangat penting dalam kehidupannya yang berkaitan dengan apa yang dipandang sebagai yang tetap dan sentral dalam segala sesuatu hari-hari khususnya lingkungan sosial masyarakat.

   Seorang ahli fisika yang termasyhur yaitu Albert Eintein (Muhammad Fauzi 2007: 7) memberi pandangan mengenai agama dengan
teori relativitasnya yaitu :
    Bahwa agama muncul sebagai akibat dari perasaan misterius yang mendasar terdiri dari seni dan ilmu,dan tidak dapat dijelajahi,secara menyeluruh sehingga menimbulkan kepatuhan karena Tuhan dipandang sebagai sesuatu yang misterius,maka tidak dapat dipraktikkan mengenai tindakannya,dan oleh karena itulah pengetahuan manusia pada akhirnya memiliki keterbatasan.Dengan kata lain bahwa agama dipandang sebagai suatu norma yang mengatur kehidupan manusia yang diyakininya,dan dengan berdasarkan kepada keyakinan itu,manusia melakukan bentuk pengabdian dalam bentuk perilaku agama yang diyakini.

Remaja
    Remaja adalah etape usia mulai dewasa, sampai umur kawin (Depdiknas, 2005 : 704). Sedangkan menurut Zakiah Daradjat remaja adalah masa peralihan yang ditempuh oleh seseorang dari kanakkanak
menuju dewasa atau masa perpanjangan kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa (Daradjat, 1970 :60). Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat (http://netsains.com/2012).
Adapun indikator dari religiusitas remaja :
Melaksanakan sholat lima waktu
Melaksanakan wiridan setelah sholat
Melaksanakan sholat sunah sebelum ataupun sesudah sholat fardhu
Melaksanakan sholat dhuha dan sholat tahajud
Menjalankan puasa sunnah
Menjalankan puasa Ramadhan
Membaca ayat suci Al-qur’an
Memakai kerudung/ jilbab bagi remaja perempuan dan mengenakan peci bagi laki-laki.
Berdoa setiap melakukan sesuatu.
Berkata sopan, baik, jujur, ramah.

Perilaku
   Perilaku adalah tindakan, perbuatan/reaksi individu yang terwujud dalam gerakan (sikap) tingkah laku atau ucapan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian (Zakiah Daradjat,1995 : 10). Sedangkan menurut Hasan Langgulung, tingkah laku adalah segala aktifitas seseorang yang diamati. Sosial adalah suatu upaya untuk menghargai harkat manusia. Jadi perilaku sosial adalah tindakan, perbuatan dan tingkah laku individu yang terwujud dalam gerakan atau sikap yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani,pikiran untuk menghargai harkat manusia.

Masyarakat
   Masyarakat adalah gabungan dari kelompok individu yang terbentuk berdasarkan tatanan sosial tertentu (Jalaluddin,1996: 230). Prof. M.M Djojodiguno tentang masyarakat adalah suatu kebulatan daripada segala perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia. Jelasnya : Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungan (http://netsains.com/2012).
Ciri-ciri masyarakat industri yaitu :
Secara Umum
1) Meluasnya produksi massa barang-barang industri dengan menggunakan mesin, yang terpusat di kota-kota besar
2) Migrasi massal dari pedesaan ke kota-kota (urbanisasi)
3) Peralihan dari pekerjaan sektor pertanian kepada pekerjaan di sektor pabrik.
4) Jumlah penduduk kota yang melek huruf seiring kebutuhan bidang pekerjaan yang lebih komplek
5) Munculnya surat kabar untuk kaum urban sebagai sarana untuk mengiklankan produk-produk baru industri. Media massa mempunyai peranan penting dalam masyarakat industri.
6) Penemuan teknologi baru seperti film, radio, dan televisi sebagai hiburan kaum urban.
Secara Khusus
1) Pertama
Mereka dalam menyambung kehidupan tidak melewati lahan pertanian seperti masyarakat agraris atau mengandalkan hasil peternakan. Ketergantungan masyarakat industri terhadap pabrik, sama halnya bergantung dengan penguasa pabrik, tidak jarang dijumpai penguasa pabrik bersikap tidak etis atau tidak manusiawi terhadap pekerja diantaranya melarang beribadah, membuka aurat, memaksa ikut upacara agamanya, bila tidak bersedia akan dikeluarkan. Mereka yang tidak tahan menghadapi kesulitan hidup mudah melepaskan kepercayaan agamanya.
2) Kedua
Potensi-potensi kehidupan terdapat pada sarana-sarana yang dapat menunjang perkembangan pabrik diantaranya ialah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan gedung misalnya pengetahuan arsitek atau sipil, yang berhubungan dengan pengaturan personalnya terdapat pada pengetahuan personalia
atau manajemen untuk pengembangan produksi terdapat pada manajemen pemasaran, akuntansi untuk kegiatan administrasinya dan masih banyak lagi pengetahuan untuk bekal hidup pada Masyarakat Industri. Pengetahuan yang tidak berhubungan langsung untuk menunjang produksi kurang mendapatkan perhatian, misalkan pengetahuan keguruan, lebih dijauhkan lagi apabila bidangnya tidak berhubungan dengan produksi, misalkan bidang keagamaan, sejarah, bahasa, atau filsafat. Secara alamiah akan terjadi klas ilmu pengetahuan, pengetahuan teknik perusahaan lebih dominan daripada pengetahuan sosial. Akibatnya mereka akan cepat mendapatkan kemajuan material akan tetapi sangat ketinggalan terhadap permasalahan nilai-nilai kemanusiaan, kehidupan dan ketuhanan.
3) Ketiga
Kecintaan masyarakat industri terhadap kebahagiaan material sangat besar dibandingkan dengan kebahagiaan immaterial, sebagaimana kebahagiaan masyarakat agraris, yang lebih menekankan pada kerukunan, kasih sayang dan saling menghormati. Hal itu dapat dimaklumi karena bentuk-bentuk kebahagiaan material pada masyarakat industri kuantitas dan kualitasnya sangat banyak, variatif dan selalu mengalami perubahan, berkat dukungan kemajuan pengetahuan teknologi.
Mereka lebih baik mengorbankan kebahagiaan immaterial yang ruang lingkupnya lebih kecil, demi kebahagiaan material. Sehingga masyarakat industri banyak mengalami gangguan psikis, rasa ketegangan, persaingan, ketakutan terhadap ketertinggalan dan konflik, perjudian, wanita dan minuman keras sering dijadikan tempat hiburan untuk menghilangkan ketegangan.